Topping Takoyaki Dapur Tacik Dlidir yang lezat. Topping adalah bagian dalam dan atas takoyaki, yang terdiri dari berbagai macam variasi isian. Contohnya adalah gurita, yang sangat populer diantara isian yang lain. Gurita memiliki tekstur yang kenyal. Untuk jenisnya menggunakan gurita merah yang lebih empuk.
Selain gurita ada beberapa macam topping lainnya, seperti udang, tuna, sosis, smooke beef dan keju. Beberapa topping ini adalah alternatif bila pelanggan kurang meminati topping gurita.
Untuk topping bagian atas juga terdiri berbagai macam taburan antara lain, saus tako, mayonaise, nori, wijen dan katshuobushi. Katshuobusi adalah ikan bonito yang dikeringkan, difermentasi dan diasapi. Apakah anda mengetahui apabila kathuobushi adalah makanan paling keras di dunia. Begitu kerasnya dua buah katshuobusi yang dikukuhkan satu sama lain terdengar seperti suara kayu. di Jepang katshuobusi bukan hanya ditaburkan di atas takoyaki melainkan diatas makanan lainnya. Parutan katshuobusi biasanya dijadikan taburan pada nasi,tahu dan berbagai menu lainnya. Ikan bonito dalam bahasa Jepang disebut dengan katsuo.
Pembuatan Katshuobusi yang mudah
Pembuatan Katshuobusi yang mudah ditemui di seluruh Jepang. Saat inipun di Indonesia juga sangat Anda mendapatkanya. Satu pabrik besar tempat pembuatan katshuobusi bisa memproduksi sekitar 900 ton/tahun. Katsuobushi adalah makanan awetan berbahan baku ikan cakalang (katsuo). Katsuobushi diserut menjadi seperti serutan kayu untuk diambil kaldunya yang merupakan bahan dasar masakan Jepang, ditaburkan di atas makanan sebagai penyedap rasa, atau dimakan begitu saja sebagai teman makan nasi.
Katsuobushi yang sudah diserut tipis, berwarna coklat muda hingga merah jambu sedikit bening umumnya dijual dalam kemasan plastik. Katsuobushi sebagai penyedap makanan biasanya ditaburkan di atas hiyayako (tahu dingin), okonomiyaki dan takoyaki. Katsuobushi yang sudah diserut disebut kezuribushi.
Pengawetan ikan cakalang menjadi katsuobushi umum dilakukan di beberapa negara seperti Jepang dan kepulauan Maladewa. Teknik pengawetan ikan menjadi katsuobushi sudah dikenal di Jepang sejak sebelum zaman Edo. Katsuobushi disebut juga ikan kayu karena ikan cakalang yang sudah diolah menjadi sangat keras seperti kayu, sehingga sebelum digunakan harus diserut dengan alat ketam.
Ikan dibelah menjadi 2 bagian untuk membuang bagian tulang, menyisakan bagian daging ikan berbentuk lengkungan seperti kapal yang disebut fushi. Daging ikan kemudian diproses sehingga produk akhirnya disebut katsuobushi.
Pemrosesan terdiri dari berbagai tahap, sebutan untuk ikan cakalang yang hanya direbus dan dikeringkan adalah namaribushi. Tahap selanjutnya adalah memproses namaribushi dengan cara pengasapan atau pengapangan untuk menumbuhkan berjenis-jenis kapang di atas permukaannya. Produk akhir yang sering digunakan dalam masakan Jepang adalah katsuobushi yang mengalami pengapangan dan namaribushi.
Katsuobushi kaya dengan vitamin B kompleks dan banyak mengandung inosine dan unsur umami sehingga selalu digunakan di Jepang sebagai bumbu dapur atau penyedap. Dalam istilah orang Jepang, umami adalah rasa “lezat” yang merupakan rasa tambahan dari empat rasa utama yang umum: manis, asam, asin, dan pahit.
Katsuobushi hasil pengapangan disebut karebushi yang mengandung lebih banyak unsur umami dan vitamin B dibandingkan katsuobushi biasa.